DUA ANAK MEMPEREBUTKAN HAK MERAWAT IBUNYA YANG SUDAH TUA RENTA
Di salah satu pengadilan Qasim, berdiri
Hizan al Fuhaidi dengan air mata yang bercucuran sehingga membasahi
janggutnya! Kenapa? Karena ia kalah terhadap perseteruannya dengan
saudara kandungnya!
Tentang apakah perseteruannya dengan saudaranya? Tentang tanah kah? atau warisan yang mereka saling perebutkan?
Bukan karena itu semua! Ia kalah
terhadap saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yang sudah tua renta dan
bahkan hanya memakai sebuah cincin timah di jarinya yang telah keriput.
Seumur hidupnya, beliau tinggal dengan
Hizan yang selama ini menjaganya. Tatkala beliau telah manula, datanglah
adiknya yang tinggal di kota lain, untuk mengambil ibunya agar tinggal
bersamanya, dengan alasan, fasilitas kesehatan dan lain-lain di kota
jauh lebih lengkap daripada di desa.
Namun Hizan menaolak dengan alasan,
selama ini ia mampu untuk menjaga ibunya. Perseteruan ini tidak berhenti
sampai di sini, hingga berlanjut ke pengadilan!
Sidang demi sidang dilalui, hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis.
Kedua bersaudara ini membopong ibunya yang sudah tua renta yang beratnya sudah tidak sampai 40 Kg!
Sang Hakim bertanya kepadanya, siapa yg
lebih berhak tinggal bersamanya. Sang ibu memahami pertanyaan sang
hakim, ia pun menjawab, sambil menunjuk ke Hizan, “Ini mata kananku!”
kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, “Ini mata kiriku!
Sang Hakim berpikir sejenak kemudian memutuskan hak kepada adik Hizan, berdasar kemaslahatan bagi si ibu!
Betapa mulia air mata yang dikucurkan
oleh Hizan! Air mata penyesalan karena tidak bisa memelihara ibunya
tatkala beliau telah menginjak usia lanjutnya! Dan, betapa terhormat dan
agungnya sang ibu! yang diperebutkan oleh anak-anaknya hingga seperti
ini!
Andaikata kita bisa memahami, bagaimana
sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu dan mutiara
termahal bagi anak-anaknya!
Ini adalah pelajaran mahal tentang berbakti, tatkala durhaka sudah menjadi budaya,
“Ya Allah, Tuhan kami! Anugerahkan kepada kami keridhoan ibu kami dan
berilah kami kekuatan agar selalu bisa berbakti kepadanya!” Âmîn…
MR. INGGRIS VS MR. SHEIKH
Mr. Inggris bertanya: “Kenapa dalam Islam perempuan tidak boleh bersentuhan dengan sembarang pria?”
Mr. Sheikh menjawab: “Bisakah kamu berjabat tangan dengan ratu Elizabeth?
Mr. Inggris menjawab: “oh… tentu tidak bisa! cuma orang-orang tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan ratu.”
Mr. Sheikh tersenyum dan berkata:
“Perempuan-perempuan kami (Kaum muslimin) adalah para ratu dan ratu
tidak boleh bersentuhan dengan pria sembarangan (yang bukan mahramnya
[orang yang haram dinikahi seperti ayah, saudara kandung] dan suaminya)
Mr. Inggris bertanya lagi: “Kenapa perempuan Islam menutupi tubuh dan rambut mereka?”
Mr. Sheikh tersenyum dan mengeluarka dua
permen dari sakunya, ia membuka yang pertama terus yang satu lagi
tertutup bungkus. Lalu dia melemparkan keduanya ke lantai.
Mr. Sheikh bertanya: “Jika saya meminta anda untuk mengambil satu permen, mana yang anda pilih?”
Mr. Inggris menjawab: “tentu saya mengambil yang tertutup…”
Mr. Sheikh berkata: ” Itulah cara kami memperlakukan dan melihat perempuan kami”
Mr. Inggris: ….. J!!! [bengong]
NASRANI VS MUSLIM
Nasrani: “Boleh bertanya? Mengapa Rasul
anda menikahi 11 atau 12 orang perempuan? Ini menunjukkan bahwa ia
adalah orang yang suka mengumbar nafsu (seks)?”
Muslim: “Pertama, tolong beritahu saya, orang yang menikah karena nafsu (seks) akan memilih gadis atau janda?”
Nasrani: “Ia akan memilih gadis.”
Muslim: “Perempuan pertama yang dinikahi Rasulullâh adalah Khadijah binti Khuwailid yang berstatus janda dan berusia 40 tahun.
Kedua, pada usia berapakah nafsu seksual meledak-ledak?”
Nasrani: “Kurang lebih mulai dari usia 16 tahun sampai 40 tahun, sebagai usia kesempurnaan bagi kejantanan dan kematangan akal.”
Muslim: “Rasul kami tidak menikah dengan
perempuan lain setelah Khadijah, kecuali setelah usia beliau mencapai
50 tahun. Jadi, masalahnya adalah untuk kepentingan penetapan syari’at
dan hikmah, bukan syahwat atau nafsu.”
Nasrani: “Baiklah…! Jika bukan syahwat,
kenapa harus menikahi perempuan sebanyak itu, 11 atau 12 wanita? Kenapa
tidak satu, dua atau empat?”
Muslim: “Kenapa anda mempermasalahkan
Rasul kami? Sedangkan Rasul-rasul kalian tidak kalian permasalahkan
juga? Bukankah anda beriman kepada Nabi Sulaiman? Padahal dalam kitab
suci kalian disebutkan bahwa Nabi Sulaiman beristrikan 1000 orang
wanita. (Disebutkan di dalam I Raja-Raja [11: 2 ,3] : “… Hati Solomo
telah
terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai tujuh ratus istri dari
kaum bangsawan dan tiga ratus gundik…”) . Begitu juga dengan Nabi kalian
yaitu Rehabeam yang memiliki 78 istri. (Disebutkan dalam II Tawarikh:
“Rehabeam mencintai Maakha, anak Absalom itu, lebih daripada semua istri
dan gundiknya, ia mengambil delapan belas istri dan enam puluh
gundik…”) . Maka bandingkanlah dengan jumlah istri dari Rasul kami yang
hanya berjumlah 12 orang, mana yang terbanyak? Bagaimana anda mencela
poligami Nabi kami dan mencacinya? Dan anda menganggap ini adalah aib
dari kedudukan kenabian? Sementara kitab kalian sendiri telah
menyebutkan poligami dari Nabi-nabi besar kalian, dan kalian
menganggapnya wajar?
Nasrani: “Hmm… Lalu kenapa juga Rasul
anda menikahi gadis dibawah umur, yaitu Aisyah yang dinikahi pada usia 6
atau 9 tahun? Bukankah itu adalah aib juga?”
Muslim: Bagaimana halnya dengan
kehidupan kalian sendiri, yang mana perempuan-perempuan kalian telah
banyak melakukan hubungan intim diluar nikah pada usia di bawah sepuluh
tahun? Hal ini sudah diakui oleh berbagai media. Lantas kenapa anda
mempermasalahkan Nabi kami yang menikahi wanita di bawah umur, sedangkan
perempuan-perempuan kalian sendiri sangat banyak yang melakukan
perzinahan dibawah umur?
Mana yang lebih aib?”
Nasrani: “Anggaplah perempaun-perempuan
kami adalah oknum, jadi tidak bisa dijadikan landasan. Adapun Nabi anda
adalah seorang yang suci dan mulia, tapi berbuat seperti itu? Lihatlah
perbedaan usia yang sangat jauh tatkala Nabi anda menikahi Aisyah
yang baru berusia 6 tahun sedangkan Nabi anda berusia 50 tahun, selisih 44 tahun!!”
Muslim: “Apakah anda lupa atau tidak
tahu terhadap sejarah Maria ‘Si perawan suci’? Pada usia berapa dia
menikah di dalam sejarah kalian? Maria menikah dengan Yoseph ketika usia
12 tahun! Bukankah itu juga di bawah umur? Sedangkan Yoseph waktu itu
sudah berusia 89 tahun (disebutkan dalam Ensiklopedi Katolik). Usia
mereka selisih 77 tahun! Perbedaan yang sangat jauh sekali dibandingkan
dengan Nabi kami.”
Nasrani: “Baiklah…! Kami menyerah pada
anda dalam konteks Nabi anda, lalu mengapa anda (laki-laki Muslim)
menikahi 4 orang perempuan? Ini adalah penghinaan bagi perempuan?”
Muslim: “Masyarakat Barat sekarang ini,
seorang laki- laki menikahi satu orang perempaun saja, tetapi
berhubungan intim secara ilegal (haram) atau selingkuh dengan sejumlah
perempaun, baik teman maupun pacar gelap. Data statistik kontemporer di
Barat
menunjukkan bahwa populasi perempaun lebih banyak daripada laki-laki.
Hubungan intim yang dilakukan laki-laki membuat kaum perempaun hanya
sebagai tempat pelampiasan nafsu saja. Lalu setelah si laki- laki
menyalurkan libidonya, maka si perempuan menjadi tidak berharga lagi
baginya. Penghinaan terhadap perempaun seperti apa yang lebih dahsyat
dari itu? Sedangkan agama kami mengharuskan kami untuk memperlakukan
semua istri secara ma’ruf (baik) dan memberikan hak-hak mereka secara
adil. Selain itu, perempaun juga harus diposisikan sebagai bagian dari
laki-laki, karena perempaun adalah rumahnya, tempat tinggalnya dan
pakaiannya. Itu adalah ikatan yang kuat di mana perempaun dapat
menemukan kehormatannya dan merealisasikan keperampuannya. Jadi, manakah
yang lebih agung dan lebih mulia, wahai para dokter sekalian?”
Nasrani: “glek’terdiam kalah.
KISAH LUKMANUL HAKIM (ALLOHU "A'LAM)
Kita
bisa mengambil hikmah dari kisah Lukmanul Hakim dengan anaknya. Bahwa
kita tidak boleh berbuat karena mau disanjung orang banyak.
Kelengkapan kisahnya :
Lukmanul Hakim mengadakan perjalan jauh dengan anaknya, Lukmanul
Hakim berada di atas kuda kurus dan anaknya berjalan di bawah sambil
memegangi tali kuda yang ditunggangi ayahnya dan lewat depan orang
banyak, dan orang banyak itupun berkata : orang tua yang tidak
berperasaan masa anaknya berjalan di bawah sedangkan ayahnya duduk di
atas kuda seperti layaknya seorang raja sungguh tak berperasaan. Maka
Lukmanul Hakim pun berkata kepada anaknya : nak kita di cemooh orang
karena aku di atas kuda sedangkan kamu di bawah. Sekarang kita tukaran
nak, kamu di atas aku di bawah. Maka Lukmanul Hakim yang berjalan di
bawah dan anaknya berada di atas kuda. Tak berapa jauh ada sekumpulan
orang berbicara : anak durhaka, masa dia di atas kuda sedangkan ayahnya
berjalan di bawah. Maka Lukmanul Hakim berkata lagi ke anaknya : nak
kita dicemooh lagi karena kamu di atas sedangkan aku ayahmu berjalan di
bawah tidak di atas kuda, bagaimana kalo kita berdua berada di atas kuda
dan tidak ada lagi yang berjalan kaki. Maka kedua-duanya menunggang
kuda. Kuda berjalan terus Lukmanul Hakim dan anaknya lagi dan lagi
melewati orang banyak yang bercakap-cakap : Mereka tidak berperasaan ya ?
masa kuda kurus ditunggangi dua orang kasian ya kudanya.Lukmanul Hakim
dan anaknya turun dari kuda karena merasa malu dicemooh orang-orang
karena mereka berdua di atas kuda kurus. Lukmanul Hakim berkata pada
anaknya mari kita berjalan berdua saja tidak usah kita tunggangi kuda
ini. Sambil berjalan ada lagi sekumpulan orang-orang yang berkata :
hahahaha, orang bodoh mereka, masa ada kuda tidak ditunggangi ? hahahah.
Maka langkah terakhir Lukmanul Hakim dan anaknya akhirnya menggotong
kuda itu. hahahhaha akhirnya tetap diketawai orang banyak : Masa kuda
sehat digotong begitu, kaya' orang gila saja mereka.
Kisah di atas mengandung hikmah bahwa : bagaimanapun juga
perbuatan itu pasti ada yang pro dan ada yang kontra, maka kerjakanlah
kebenaran yang sesuai syariat Islam yang berdasar AL-Qur'an dan Hadits
rasulullah saw walau banyak yang menghina acukan saja karena itu
kebenaran pasti menang.
PILIHAN ALLAH ADALAH YANG TERBAIK
|
Al Khair Khairutullaah, Pilihan Allah
adalah yang terbaik. Tak ada kesia-siaan dalam Allah menciptakan sesuatu
untuk hamba-Nya, Terkadang seseorang tertimpa takdir yang menyakitkan
yang tidak disukai oleh dirinya, kemudian dia tidak bersabar, merasa
sedih dan mengira bahwa takdir tersebut adalah sebuah pukulan yang akan
memusnahkan setiap harapan hidup dan cita-citanya. Akan tetapi, sering
kali kita melihat dibalik keterputus-asaannya ternyata Allah memberikan
kebaikan kepadanya dari arah yang tidak pernah ia sangka-sangka.
Sebaliknya, berapa banyak pula kita melihat seseorang yang berusaha
dalam sesuatu yang kelihatannya baik, berjuang mati-matian untuk
mendapatkannya, tetapi yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang dia
inginkan.
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ
خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ
وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS. Al Baqarah: 216)
Mungkin cerita ini bisa jadi pembelajaran berharga bagi kita walaupun
kebenaran cerita ini belum diketahui shahihnya namun kita bisa memetik
pelajaran berharga dari cerita ini bahwa pilihan Allah adalah yang
terbaik. Suatu masa, ada seorang raja yang sangat menyayangi
rakyatnya, setiap rakyatnya mendapat musibah dia selalu mengatakan Al
Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik, sehingga menjadi
lapanglah hati rakyatnya mendengar hal ini. Suatu hari sang raja
mendapat musibah jari tangannya putus, lalu ia mengadu kepada salah
seorang menteri kesayangannya, dan menteri tersebut mengatakan kepada
raja hal yang biasa ia katakan pada rakyatnya, Al Khair Khairutullah,
pilihan Allah adalah yang terbaik. Mendengar hal ini sang raja murka dan memenjarakan perdana menteri tadi. Suatu
hari raja bersama pasukannya pergi berburu dan mereka tersesat jauh di
dalam hutan dan tertangkap sekelompok penyembah roh. Satu persatu
pasukan raja di sembelih untuk di persembahkan ke berhala penyembah roh
tadi hingga tiba giliran raja mereka melihat jari raja yang terputus
sehingga mereka tidak jadi menyembelih raja karena dianggap cacat.
akhirnya raja selamat dan kembali ke istananya.
Raja segera membebaskan menteri yang ia penjarakan tadi dan berkata
benar apa yang engkau bilang wahai menteri. Al Khair Khairutullah,
pilihan Allah adalah yang terbaik, lalu ia menceritakan apa yang terjadi
pada menteri tadi.
Dan sang raja bertanya pada menteri lalu apakah penjara bagimu adalah
yang terbaik pilihan Allah? sang menteri menjawab benar wahai raja, Al
Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik.
Sang raja bertanya terus apakah hikmahnya bagimu wahai menteri? Menteri
menjawab seandainya saya tidak masuk penjara tentunya saya akan ikut
bersama raja berburu dan tentunya saya sudah disembelih bersama pasukan
lainnya. namun Allah menyelematkan saya dengan memasukkan saya ke
penjara.
|