Monday, March 17, 2014

Ibrahim Bin Adham Berhati Malaikat

REP | 29 June 2012 | 07:20 Dibaca: 1463   Komentar: 2   1
Ibrahim  bin Adham adalah salah satu sosok  ternama dikalangan sufi,  beliau lahir di Hurrasan dan wafat tahun 161 H. Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang siapa dan seperti apa beliau, memang dari dulu sejak saya di pesantren nama beliau sudah tidak asing lagi di ruang dengar, karena guru saya sering menyebut nama beliau, biasanya disaat mengkaji kitab-kitab tasawuf seperti Al-Hikam dan semacamnya, tapi yang saya kenal dulu,  beliau adalah sosok yang senang hidup dalam kesederhanaan, jujur, santun dan juga senantiasa  membantu orang yang tidak mampu.
Sekarang, ketika  beranjak dewasa, saya sering membuka kitab tasawuf,  setiap saya membaca pasti nama Ibrahim bin Adham  jarang terlewati,  setelah saya mencoba menelusuri biografi beliau ternyata beliau adalah pangeran dari Balakh, yang mempunyai  istana  megah dan harta yang berlimpah, tidak seorangpun yang menandingi kekayaan beliau saat itu.
Dengan hidup yang serba ada, harta, kekuasaan di depan mata tidak lantas membuat  beliau lalai. Bahkan beliau terkenal dengan orang yang taat beribadah , murah hati kepada sesama  terlebih kepada faqir miskin.
Pernah suatu hari beliau  ditanya, “kenapa kamu keluar dari istana(tidak tinggal di istana) dan bekumpul dengan manusia sederhana”. Ibrahim Bin Adham tidak langsung menjawab, beliau diam sejenak lalu menjawab, “saya ingin memegang agamaku erat-erat dan menaruhnya di antara dadaku, saya lari mebawa agamaku dari satu negara ke negara yang lain, siapapun yang melihat pasti ia mengira bahwa saya seorang pengembala atau orang gila, semuanya saya lakukan hanya untuk menjaga agamaku dari gangguan setan yang terkutuk. Saya ingin membawa imanku menuju keselamatan hingga  menemui ajal”.
Saya sempat berpikir, adakah sosok yang seperti beliau sekarang, yang rela keluar dari kemegahan dunia menuju kehidupan yang serba sederhana hanya untuk menjaga  iman agar tetap terpelihara.
Ibrahim bin Adham lebih memilih hidup sederhana dan mencari nafkah melalui kerja kasar yang halal hingga beliau meninggal.
Diantara Perkataan Ibrahim Bin Adham Az-Zahid.
Seseorang tidak akan bisa sampai kederajat “shalihin”  kecuali mampu menahan enam cobaan:
1: Ditutupnya pintu ni’mat dan dibukanya pintu kesulitan
2: Dikuncinya pintu kemuliaan, dan dibukanya pintu kehinaan
3: Ditutupnya pintu santai dan dibentangkan pintu perjuangan atau lelah
4: Dikuncinya kesempatan tidur,  dan dilebarkan kesempatan bangun tengah malam
5: Ditutupnya pintu kekayaan dan dibukanya pintu kemelaratan
6: Dikuncinya pintu angan-angan, dan dibukanya pintu persiapan untuk menyambut kematian

No comments:

Post a Comment