Tuesday, October 20, 2015

KISAH ORANG-ORANG SHOLEH TERDAHULU

Seorang Wali Allah menceritakan, “Satu ketika pada musim yang sangat panas aku pergi haji, tatkala aku tiba di padang pasir Hijaz Tengah, aku telah terpisah dari kafilahku dan tersesat dijalan, aku tertidur. Ketika aku bangun, aku melihat seseorang tidak jauh dari situ, aku berlari kearahnya. Dia adalah seorang yang masih sangat muda yang janggutnyapun belum tumbuh. Dia adalah seorang remaja yang sangat tampan. Ketika aku memberi salam kepadanya, dia menjawab, “Wa’alaikumus salam, wahai Ibrahim.” Ketika Ia menyebut namaku, aku sangat bingung dan heran. Aku pun bertanya kepadanya, “Anak muda yang kuhormati, bagaimana engkau tahu namaku?”
Dia menjawab, “Sejak aku memperoleh Ilmu Allah ( Ma’arifat), aku tidak jahil dan sejak aku bersama-sama dengan-Nya aku tidak pernah meninggalkan-Nya.”
Aku bertanya, “Apa yang menyebabkan kamu kemari dalam keadaan padang pasir sangat panas begini?
Dia menjawab, “Wahai Ibrahim, selain Dia aku tidak mencintai siapapun, tidak pula aku jadikan sebagai kawan dan sahabatku. Sekarang aku sepenuhnya menghadap-Nya dan hanya Dia yang aku pikirkan dan Dialah yang layak untuk disembah.
Aku bertanya, “dari mana datangnya makanan dan minumanmu?”
Dia menjawab, “Kekasihku telah menjaminnya.”
Aku berkata, “Demi Allah, aku takut kebinasaan menimpamu dalam keadaan seperti ini.”
Kemudian matanya digenangi air mata yang nampak bagaikan mutiara tatkala air mata itu membasahi pipinya. Dia berkata, “Siapakah yang dapat menakutkan aku dengan kebinasaan di padang pasir ini maupun mara bahayanya. Sedangkan aku mengembara kesini kearah cintaku  yang pada-Nya terletak keyakinanku? Cintaku kepada-Nya menjadikan aku resah dan kerinduanku telah membuatku berjalan kedepan.’
Siapa yang mencintai Allah, maka Ia tidak akan takut kepada siapapun. Apabila kepedihan lapar benar-benar tiba, aku mengisi diriku dengan dzikir (mengingat-Nya). Dan tatkala aku melagukan puji-pujian-Nya, tidak ada dahaga yang dapat menyentuhku. Dan apabila aku lemah, cinta-Nya akan membawaku dari hijaz ke Khurasan. Jadi janganlah menuduh atas kemudaanku, karena apa yang akan terjadi telah datang.”
Aku bertanya, “Demi Allah, berapakah usiamu yang sebenarnya?”
Dia menjawab, “Sesungguhnya anda telah diberi janji oleh seseorang yang sesungguhnya orang tersebut sangat tinggi kedudukannya dalam pandanganku. Usiaku dua belas tahun. Wahai Ibrahim, mengapa anda bertanya tentang usiaku?”
Aku menjawab, “aku bertanya demikian, karena kata-katamu sungguh menakjubkan dan mempesonakanku.”
Dia berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat yang besar, dan melalui nikmat-nikmat-Nya yang khusus, dia telah menjadikan sebagian hamba-Nya lebih tinggi derajatnya daripada yang lain.”
Selanjutnya Ibrahim rah.a. berkata, “Kata-kata indah dan penuh hikmah yang diucapkan oleh anak muda yang sangat tampan dan mulia ini sungguh menakjubkan aku.” Aku pun berkata, “Segala puji bagi Allah, betapa indahnya makhluk yang diciptakan-Nya.” Untuk seketika dia menundukkan kepalanya. Kemudian Ia mengangkat wajahnya, lalu memperhatikanku dengan sungguh-sungguh dan membaca rangkaian kalimat berikut ini,
“Jika aku masuk neraka, maka aku akan binasa. Jadi apakah gunanya keceriaan dan keindahanku, kalau nilai-nilai baik zahiriyahku menjadi sebab tinggalnya aku dalam azab dan neraka. Dalam keadaan memekik dan meraung aku akan mendiami neraka. Dan Allah berfirman, ‘Wahai kamu hamba yang sangat buruk! Terhadap-Ku kamu berdosa dan tehadap-Ku kamu menentang.perintah-Ku disia-siakan dan perjanjian-Ku kamu lupakan. Dan begitu juga kamu melupakan pertemuanmu dengan-Ku.”
Dia meneruskan:
“Wahai Ibrahim, kamu akan lihat pada hari itu ketika wajah-wajah orang  yang shaleh akan berseri bersinar seumpama bulan purnama, ketika Allah akan mengangkat dari diri-Nya tirai cahaya. Kemudian orang yang taat akan tertegun kaku di dalam ketakjuban yang tidak ada nikmat yang dapat memberikan kegembiraan pada saat itu. Kemudian barulah Allah menutupi orang-orang yang taat itu dengan kegembiraan, sementara wajah-wajah mereka akan bersinar-sinar penuh kegembiraan.”
Kemudian Dia berkta:
“Sungguh tersingkir dia yang terpisah dari rekan-rekan, dan siapa saja yang beserta Tuhannya sungguh dia beruntung.
Kemudian dia berkata kepadaku, “Wahai Ibrahim, apakah tuan tertinggal di belakang setelah kehilangan sahabat-sahabat sepengembaraan?” aku menjawab, “Ya, aku tertinggal di belakang. Aku mohon engkau berdo’a untukku, supaya aku dapat bertemu kembali dengan kawan-kawanku.”
Dia menghadapkan wajahnya ke langit dan dengan lembutnya membisikkan beberapa kata seolah-olah berdo’a. tiba-tiba aku merasa mengantuk atau pun sesuatu keadaan tidak sadar menguasaiku. Ketika aku kembali membuka mataku, tiba-tiba aku berada diatas untaku berjalan di tengah kawan-kawanku dalam kafilah. Aku mendengar sahabatku berkata kepadaku, “Jaga dan berhati-hatilah supaya kamu tidak jauh dari untamu.” Tidak terdapat tanda-tanda kehadiran anak muda tersebut. Ketika kami memasuki Makkah, aku lihat dia bergantung pada kain ka’bah sambil membaca ungkapan kalimat berikut ini:
“Aku telah datang untuk menziarahi rumah ini dan gembira sekali memegang kain ka’bah.” Tetapi rahasia dan perkataan mendalam yang terdapat dalam hati hanyalah Engkau yang mengetahuinya. Aku datang dengan berjalan kaki, tanpa kendaraan, walaupun didalam kemudaanku aku sedang jatuh cinta. Sejak bayi ketika aku belum mengerti arti inta, namun cintaku kepada-Mu telah melimpah. Dan ketika mereka memarahiku karena cinta itu, maka biarkanlah aku sebagai bayi didalam bercinta, Tuhan ketika maut mengunjungiku, tentukan bahwa aku bersama-Mu.
Kemudian dia turun untuk sujud dengan penuh gembira dan berada dalam keadaan demikian untuk waktu yang sangat panjang  sedangkan aku melihatnya. Setelah beberapa lama aku pergi kepadanya, menggoncang-goncangkan badannya dan dengan terperanjat aku dapati dia telah meninggal dunia.
Ibrahim rah.a. berkata, “Dengan kematiannya aku merasa sangat berduka cita. Aku bergegas ke rumahku untuk mengambil sehelai kain kafan ditemani dua orang pembantu untuk menolongku mengebumikannya. Ketika aku tiba ditempat jenazahnya yang aku tinggalkan, aku tidak menemukan sesuatu pun disitu. Aku bertanya-tanya, tetapi tidak seorang haji pun yang dapat memberitahuku. Akhirnya aku mengetahui bahwa Allah telah menyembunyikan jasadnya dari pandangan manusia. Aku pun kembali kerumah dan ketika aku tertidur, aku bermimpi. Di dalam mimpiku aku melihat dia sedang berada dihadapan kerumunan orang yang sangat banyak. Dia begitu gagah dan tampan berseri-seri seumpama bulan purnama.”
Aku bertanya kepadanya, “Bukankah kamu telah mati?”
Dia menjawab, “Ya, sesungguhnya aku telah mati.”
Aku berkata, “Aku telah mencari mayatmu, supaya aku dapat mengafani dan mengebumikanmu, tetapi aku tidak menemukannya.”
Dia menjawab, “Wahai Ibrahim, aku telah dikafani dan dikebumikan oleh-Nya yang telah membawa keluar dari tempat lahirku, menjadikan aku mencintai-Nya dan memisahkan aku dari keluargaku yang dikasihi. Dan Dia telah menjadikan aku tidak menghendaki pertolongan siapa pun.”
Aku bertanya, “Dan apa yang telah Allah lakukan kepadamu?”
Dia menjawab, “sesungguhnya Allah membawaku kehadapan-Nya dan bertanya apakah yang aku inginkan.”
Aku menjawab, “Engkaulah tujuan pencarianku.” Kemudian Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu adalah hamba-Ku yang sejati dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangimu dari memperoleh apa yang kamu inginkan. Mintalah! Niscaya Aku berikan kepadamu.” Aku menjawab, “Wahai Allah, aku ingin supaya Engkau menerima syafaatku bagi setiap orang yang hidup pada saat ini.” Allah mengaruniakanku dengan-Nya.”
Ibrahim rah.a. berkata, “Kemudian anak muda ini dala mimpiku meninggalkan aku dan menjabat tanganku hingga aku pun terbangun. Aku menyempurnakan hajiku tetapi tidak dapat melupakan anak muda itu dari pikiranku. Apabila aku mengingatnya, aku sangat gelisah. Dalam keadaan pikiran yang masih demikian, kafilah membawaku pulang ke kampung halamanku. Sepanjang perjalanan, sahabat-sahabatku selalu bertanya kepadaku, “Wahai Ibrahim, kami takjub dan heran dengan bau harum semerbak yang datang dari tanganmu.”
Dikatakan dalam suatu riwayat yang menceritakan kisah ini, bahwa tangan Ibrahim terus harum semerbak hingga meninggalnya. (Raudhur Riyahin)

(Disadur dari buku Fadhilah Haji, karya Maulana Muhammad Zakariyya Alkandhalawi rah.a. ; 2003, 280-284). Sumber foto: net.

No comments:

Post a Comment